Akulturasi Budaya pada Desain Bangunan Masjid
Masjid merupakan bangunan yang bukan sekedar tempat bersujud, persucian, tempat salat dan bertayamum, namun Masjid juga merupakan tempat melaksanakan segala aktivitas kaum Muslim yang bersangkut paut dengan ketaatan terhadap Tuhan (Shihab, 1997) dalam (Kusyanto & Nandang, 2014). Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tersebar banyak masjid mulai dari pedesaan hingga kota — kota besar. Indonesia yang merupakan negara dengan penganut agama Islam yang sangat banyak yang tersebar di hampir seluruh penjuru tanah air, menjadikan keragaman gaya arsitektur masjid di Indonesia, yang dipengaruhi oleh lokasinya. Perbedaan lokasi tempat keberadaan masjid menyebabkan terjadinya keberagaman gaya arsitektur masjid di Indonesia, di karenakan mengikuti gaya arsitektur yang terdapat pada wilayah tersebut. Beberapa arsitektur pada suatu daerah mendapatkan pengaruh dari arsitektur luar dan pengaruh tersebut diterima dan diolah dengan baik bersama arsitektur dan interior desain daerah tersebut tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian masing — masing budaya.
Pengertian dan Fungsi Masjid
Kata masjid secara etimologi diambil dari akar kata sajada-sujudun, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat. Oleh karena itu dapat diartikan “masjid” adalah tempat untuk bersujud. Secara umum masjid merupakan bangunan yang bukan sekedar tempat bersujud, persucian, tempat salat dan bertayamum, namun masjid juga merupakan tempat melaksanakan segala aktivitas kaum Muslim yang bersangkut paut dengan ketaatan terhadap Tuhan (Shihab , 1997) dalam (Kusyanto & Nandang, 2014). Fungsi dari masjid adalah sebagai sarana tempat untuk menyampaikan pembicaraan mengenai pokok — pokok kehidupan (yang berhubungan dengan ibadah, maupun kebudayaan yang berdasarkan Islam) dalam upaya menyampaikan ajaran Islam dan sebagai tempat melaksanakan ibadah salat.
Pengertian Akulturasi Budaya
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2005) adalah seluruh sistim gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Menurut Koentjaraningrat (2005) akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan daerah tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan daerah itu sendiri, yang tidak menyebabkan hilangnya kepribadian masing — masing budaya.
Pada umumnya banyak desain masjid yang mengambil tema modern pada desain nya namun banyak juga masjid di beberapa daerah yang menggunakan kebudayaan lokal dari daerah-daerah tersebut
contohnya sepeti :
- Masjid Gang Bengkok yang terdapat di kota Medan
Masjid Gang Bengkok sendiri mengambil kebudayaan dari Melayu, Tionghoa dan kebudayaan Arab Pada setiap kebudayaan memiliki ciri khas nya sendiri contoh nya seperti:
1.Kebudayaan Melayu
a.Memiliki atap dengan bentuk kajang, layar, lontik, dan limas.
b.Bangunan Melayu memiliki bubungan yang curam tinggi dan berabung panjang sederhana dan tinggi.
c.Dinding bangunan Melayu umumnya terbuat dari papan yang dipasang miring, vertikal, maupun bersilang dipenuhi hiasan ukiran sebagai ornamen.
d.Lantai rumah Melayu memiliki ketinggian level yang bertingkat-tingkat.Tingkat paling tinggi umumnya adalah berfungsi sebagai ruang induk dikarenakan ruang yang memiliki level tertinggi adalah ruang yang paling di anggap sakral atau penting. Lantai biasanya terbuat dari kayu papan yang halus dengan sambungan papan dan alur.
e.Pintu dan tangga pada bangunan Melayu biasanya terletak di depan. Pintu pada rumah dihadapkan ke arah matahari terbit dan matahari terbenam.
f.Jendela pada bangunan melayu biasanya terletak pada bagian dinding terbuka layar dan selalu memiliki bukaan ke arah luar. Bentuknya selalu memanjang ke atas dengan tinggi sampai 6 kaki dan lebar 1 ½ kaki.
g.Tiang pada bangunan Melayu terbuat dari bahan kayu. Penampang tiang berbentuk bulat dan segi empat.
h.Pada bangunan arsitektur Melayu, warna yang digunakan terdiri dari 3 warna pokok yakni kuning, hijau, dan putih.
i.Jenis-jenis ornamen Melayu berdasarkan bentuknya dibagi atas : motif floral (tumbuh-tumbuhan), motif fauna (hewan), Motif Alam, Motif Kaligrafi, dan Motif Beraneka Ragam.
2. Kebudayaan Tionghoa
a.Terdapat 5 jenis atap yang sering digunakan antara lain : Atap Pelana dengan Overhanging gable roof , Atap pelana dengan Flush gable roof , Atap perisai, Gabungan atap pelana dan perisai, Atap pyramid.
b. Pada bubungan terdapat unsur tambahan dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang atau bunga.
c. Bahan pembuatan dinding berupa batu, bata, kayu, papan, ataupun bambu.
d.Terdapat tiga jenis kolom, yaitu kolom kayu dengan penampang berbentuk bujur sangkar yang ujung-ujungnya ditumpulkan, kedua adalah kolom denganukuran besar berbentuk cembung dan yang ketiga adalah kolom tergantung, yaitu sebuah kolom berukuran pendek pada konstruksi atap kayu berfungsi sebagai ornament.
e.Pintu pada bangunan Arsitektur Cina umumnya memiliki dua daun dengan ukuran 2.1m x 2.1 m hingga 7.2m x 7.2 m.
f.Jendela pada bangunan Cina harus berbentuk biasa dengan bukaan yang lebar ke arah luar.
g.Lantai pada bangunan Arsitektur Cina umumnya terbuat dari bahan keramik dan ubin.
h.Ornamen terdiri dari motif fauna (hewan), motif floral, fenomena alam, legenda, dan geometris.
3. Kebudayaan Arab
a.Plafond pada bangunan Arsitektur Arab umumnya berukuran tinggi yang bertujuan menciptakan kesan yang luas yang memberikan rasa nyaman dalam qalbu manusia.
b. Berdasarkan fungsinya sebagai alat transisi pintu pada bangunan Arsitektur Arab hanya memiliki satu akses menuju bangunan yakni pintu utama yang memberikan akses menuju ruang masuk atau gang dengan sudut yang membelok sehingga tidak mungkin melihat halaman tersebut dari luar.
c. Serambi pada bangunan arsitektur Arab umumnya bertingkat-tingkat dengan ketinggian 12–17 cm.
d.Dinding pada bangunan arsitektur Arab dibangun dengan ukuran yang tinggi, yang terbuat dari susunan bata. Hal ini bertujuan agar bagian interior bangunan tidak mudah terlihat dari luar.
e.Warna pada bangunan dengan arsitektur Arab banyak menggunakan warna cerah namun natural. Warna — warna tersebut seperti merah, terakota, ungu, dan juga biru yang dikombinasikan warna netral putih dan warna pasir.
g.Ornamen yang terdapat pada arsitektur Arab meliputi : geometris, kaligrafi, tumbuhan, dan muqarnas.
2.Masjid Agung Demak
Masjid agung ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak, Kerajaan Demak sendiri merupakan sebuah kerjaan islam yang berdiri, ketika masih ada pengaruh Hindu-Buddha yang masih kuat di Nusantara. Sebagai sebuah kerajan yang baru muncul dengan aliran agama yang berbeda
bangunan dari Masjid Agung Demak terbentuk dari perpaduan kebuadayaan Hindu dan Islam. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi akulturasi budaya antara kebudayan islam dan hindu di Kerajaan Demak. Mengapa demkian, supaya masyarakat melihat simbol keagamaan yang baru, namun dengan tidak merubah suatu hal yang sudah ada sebelumnya, sehingga islam bisa diterima secara luas dikalangan masyarakat. Artinya jika bangunan yang dibuat menyusupkan sedikit sisi ke-Hinduan masyarakat bisa menerima hal ini. Dikarenakan masih ada kebudayaan atau unsur Hindu yang tidak dihilangkan dengan kedatangan islam. begitupun sebaliknya, jika penyebaran islam tidak menggunakan pendekatan semacam ini, mungkin akan mengalami kesulitan.
A.Penyebaran islam juga menggunakan pendekat unsur
budaya Misalnya :
Islam disebarkan oleh Sunan Kalijaga dengan media wayang dan Sunan Bonang dengan media gamelan. Dengan disisipi nilai-nilai dari islam itulah, perlahan masayarakat mulai mengenal islam dengan metode ini. Tentu saja para pembesar atau penguasa daerah lebih dulu memeluk islam.
Berbicara tentang pembangunan masjid tentu kita harus tau letak atau posisi bangunan tersebut dibangun. Sejak Kerajaan Islam tumbuh hampir semua bangunan masjid berada di barat Alun-alun pusat kota dan bangunan Keraton berada bagian selatan. Sedangkan kegiatan ekonomi berupa pasar biasanya terletak di bagian utara ataupun bagian timur laut alun-alun. Hal ini juga ada perbedaan dengan yang ada di wilayah Sumatera, dimana Keraton biasnya menghadap ke sungai. Karena sungai merupakan jalur transportasi dan jalur kegiatan.
Tahun pendirian Masjid jika dilihat pada candrasengkala yang berada di mihrab Menunjukkan bahwa masjid didirikan pada 1479 M. Hal ini didapat ketika melihat gambar kura-kura yang dapat diartikan dengan angka, mulai dari kepala 1, kaki angka 4, perutnya angka 0 dan ekor menunjukan angka 1, sehingga seluruhnya menunjukan angka 1401 Saka. Ketika menghitung tahun menjadi masehi tingggal ditambahkan 78.
Bentuk bangunan Masjid Agung Demak Sendiri berbentuk Hindu-Jawa dengan atap bersusun tiga yang melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan. kemudian pintu yang masjid berjumlah lima melambangkan rukun islam. Sedangkan jendela yang berjumlah enam melambangkan rukun iman. Bisanya di depan atau sekitar masjid terdapat kolam. Menurut G.F Pijper dengan ciri-ciri arsitekturalis ini lah merupakan kelanjutan dari bentuk candi.
Menurut Babad Tanah Jawi dan Babad Demak disebutkan bahwa para Wali mempunyai peranan penting masing-masing. Misalnya Sunan Kalijaga bertugas sebagai Arsitek, membetulkan mihrab dan arah kiblat. Sunan Kalijaga juga salah satu pembuat Soko guru yang ada di dalam Masjid yang dikenal dengan sebutan saka tatal bagian timurlaut. Kemudian Sunan Bonang membuat saka guru bagian baratlaut, Sunan Gunuung Jati membuat saka guru bagian baratdaya. Sedangkan Sunan Ampel membut saka guru bagian tenggara dari Masjid Agung Demak.
2.Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten yang dibangun pada tahun 1552–1570 M. Masjid ini didirikan oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang kala itu menyebarkan agama Islam di Banten.
1.Akulturasi di masjid perpaduan budaya Islam dengan Belanda.
Terlihat dari menara masjid berwarna putih setinggi 24 meter yang berbentuk segi delapan. Bentuknya miripnya mercusuar yang ada di Belanda. Akulturasi budaya juga terlihat pada bangunan menara masjid. Menara sendiri bukanlah tradisi masjid di Jawa pada masa itu. Bentuknya yang berupa segi delapan lebih mirip dengan mercusuar dibandingkan menara masjid untuk mengumandangkan adzan. Khususnya mercusuar di Belanda. Bentuk bangunan menara Masjid Agung Banten juga sering ditemukan di Belanda, seperti bangunan segi delapan, pintu lengkung bagian atas, konstruksi tangga melingkar seperti spiral, dan bagian kepala menara yang memiliki dua tingkat. Kemudian, ada juga bangunan tambahan yang dibangun di abad ke-18 oleh arsitek Belanda. Bangunan paviliun itu memiliki ciri arsitektur Eropa berupa jendela-jendela yang besar.
2.Pengaruh Budaya Jawa
Di Masjid Agung Banten, terdapat pendopo tempat berwudu berupa kolam.Ini menjadi salah satu karakteristik masjid Jawa pada umumnya.Karakteristik lain masjid Jawa adalah adanya kompleks makam dalam masjid. Ini juga ditemukan di Masjid Agung Banten. Namun, peletakan kompleks makam di Masjid Agung Banten juga berbeda dari masjid Jawa lainnya yang ada di sebelah barat. Di sana, kompleks makam berada di bagian utara masjid, dan menjadi tradisi di masjid-masjid lain di Banten. Menara Masjid Agung Banten pun memiliki ragam hias yang ada di pulau Jawa, seperti hiasan pada kepala menara yang membentuk segitiga memanjang, yang dikenal sebagai tumpal. Motif relung pada pintu menara juga seperti menyederhanakan motif kalamakara dalam tradisi kebudayaan Indonesia pra-Islam.
3.Pengaruh Budaya Tionghoa
Selain budaya Jawa, Belanda, dan Islam, pada mimbar yang terdapat di dalam ruang salat, memiliki desain ukiran khas Tionghoa yang berakulturasi dengan budaya Islam. Mimbar di Masjid Agung Banten juga ukurannya besar dan unik bentuknya, mimbar atau tempat khutbah ini memiliki beberapa anak tangga dan terdapat banyak ukiran di setiap sisinya, teman-teman. Ukiran ini terlihat seperti ukiran khas Tionghoa namun juga terdapat tulisan dalam bahasa arab gundul. Mimbar ini merupakan wakaf yang diberikan pada Masjid Agung Banten tahun 1903.
52018026— Hana Kuswari
Universitas Komputer Indonesia
Referensi:
https://core.ac.uk
https://bobo.grid.id/read/082124441/bagaimana-akulturasi-budaya-yang-terlihat-di-bangunan-masjid-agung-banten-cari-tahu-yuk?page=all
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4993630/wajah-akulturasi-budaya-pada-masjid-masjid-bersejarah-di-indonesia/2